Kamis, 04 Juni 2015

Materi Perkuliahan Stilistika Pertemuan 2


STILISTIKA, SASTRA, DAN ESTETIKA

A.  Materi
1.      Hubungan Stilistika dengan Sastra
2.      Hubungan Stilistika dengan Estetika
3.      Hakikat Estetika

1.    Hubungan Stilistika dengan Sastra
            Sastra merupakan bidang kajian yang begitu banyak mengandung bidang pandang. Bagi setengah orang sastra itu dinilai sebagai kreasi seni yang mengandung nilai-nilai luhur, nilai moral, yang berguna untuk mendidik umat. Sastra merupakan karya seni kreatif yang berupa media yang memiliki dua fungsi pokok yaitu, pertama, menyampaikan ide, teori, emosi, sistem berpikir, dan pengalaman keindahan manusia. Kedua, menampung ide, teori, emosi, sistem berpikir, dan pengalaman keindahan manusia. Untuk menjalankan kedua fungsi itu sebuag karya sastra hendaknya tidak hanya terbebani oleh isi yang bermutu tetapi juga memiliki gaya penyampaian yang indah, menarik, dan memikat.
            Sastra mengandung sifat khas yang memiliki kualitas atau nilai yang istimewa. Selain itu, sastra juga memiliki sistem penyajian yang berupa bahasa. Sastra juga memiliki komunikasi yang khas sehingga gaya penulisan yang dipilih sastrawan sangat beragam. Pengarang memiliki kebebasan dalam memilih gaya penyampaian gagasan atau ide tanpa perlu mempertimbangkan siapa penanggap atau siapa yang membaca karyanya.
            Menurut Luxemburg (dalam Semi, 2008:3) terdapat lima aspek karya sastra, yaitu sebagai berikut. Pertama, sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi. Kreasi di sini adalah kreasi seniman atau sastrawan yang menciptakan kehidupan baru di bumi ini yang disajikan dalam karyanya. Kedua, sastra bersifat otonom, artinya sebuah karya sastra adalah sebuah “individu” yang mandiri yang memiliki sistem sendiri, yang tidak mengacu pada yang lain. Ketiga, karya sastra memiliki koherensi, artinya sebuah karya sastra memiliki hubungan erat dan selaras antara bentuk dan isi, dan di antara unsur-unsur lain yang berada di dalamnya. Keempat, sastra menghidupkan sebuah sintesis, yaitu sintesis antara hal-hal yang paling bertentangan, seperti antara roh dan benda. Kelima, sastra mengungkapkan yang tak terungkapkan, hal ini terjadi karena sastra merupakan hasil kreasi sastrawan yang memiliki kemampuan yang hebat dalam berpikir, berimajinasi sehingga mereka dapat melihat nilai-nilai kehidupan yang bagi orang lain tidak terlihat.
            Kebebasan pengarang dalam menuangkan ide atau gagasan ke dalam bentuk karya sastra tidak bisa dianalisis atau ditelaah hanya menggunakan ilmu biasa, tetapi harus ditelaah dengan ilmu khusus yaitu stilistika. Karena stilistika merupakan ilmu yang mengkaji gaya bahasa yang terdapat dalam suatu karya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa stilistika merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sastra. Bahkan ada yang mengungkapkan bahwa sastra itu adalah stilistika, dan stilistika itu adalah sastra.

2.    Hubungan Stilistika dengan Estetika
            Pada hakikatnya, stilistika atau style merupakan teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan disampaikan atau diungkapkan. Stilistika sangat erat kaitannya dengan estetika. Di dalam stilistika terdapat nilai estetik. Estetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang keindahan dari suatu objek yang indah. Nilai estetik mempunyai arti nilai dari suatu keindahan yang kita rasakan setelah kita menemukan makna kita dapat menilai seberapa indah objek tersebut. Jadi, di dalam stilistika terdapat estetika.
            Stilistika mengkaji berbagai fenomena kebahasaan dengan menjelaskan berbagai keunikan dan kekhasan pemakaian bahasa adalam karya sastra berdasarkan maksud pengarang dan kesan pembaca. Estetika sendiri merupakan aspek yang berhubungan dengan keindahan. Estetika mempelajari aspek yang memberi keindahan pada sebuah karya seni, termasuk karya sastra.
            Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni. Dengan demikian, stilistika dan estetika mempunyai kesatupaduan dimana stilistika itu adalah gaya. Gaya selalu dihubungkan dengan pemakaian bahasa dalam karya sastra. Karya sastra tersebut merupakan keindahan. Dari keindahan tersebut estetika berperan sebagai ilmu yang membahas keindahan, bagaimana karya sastra itu terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya.

3.        Hakikat Estetika

a. Pengertian Estetika
Estetika berasal dari bahasa Yunani yaitu aisthetike. Pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gottlibe Baumgarten pada tahun 1735 untuk pengertian ilmu tentang hal yang dirasakan lewat perasaan. Kajian estetika akan mengungkapkan keindahan karya sastra. Keindahan adalah ciptaan pengarang dengan seperangkat bahasa. Melalui eksplorasi bahasa yang khas, pengarang akan menampilkan aspek keindahan yang optimal. Keindahan adalah sebuah aplikasi dari interasa dan inscape. Interasa adalah pengaruh yang nyata dari tangan Tuhan terhadap cipta kreatif terhadap seorang sastrawan sedangkan inscape adalah pemahaman atau kekuatan melihat sesuau dengan pikiran dan hati sebagai suatu pundak realitas dalam sastra berdasarkan kebenaran Tuhan.

b.   Kriteria Estetika
Menurut Broginsky (Teeuw, 1988: 354) ada tiga aspek keindahan. 1) dari aspek otologisnya, adanya keindahan puisi sebagai pembayanga kekayaan Tuhan, 2) dari aspek iman, dari yang indah, yang terungkapkan dalam kata-kata seperti ajaib, tamasya, dll, 3) dari aspek psikologis yaitu efek kepada pembaca menjadi heran, birahi, suka, lupa, dan sebagainya. Keindahan karya sastra umumnya terbatas pada wilayah itu sendiri.
Menurut Parker dalam Mikke Susanto (2003:29) menjelaskan tentang ciri-ciri umum dari bentuk estetika menjadi enam asas, antara lain:
1)      Asas kesatuan organis, yang berarti setiap unsur dalam sesuatu karya seni adalah perlu bagi nilai karya itu. Setiap unsur dalam suatu karya sastra memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.
2)      Asas tema
Dalam karya sastra memiliki kunci agar orang-orang mampu memahami karya tersebut yang dinamakan dengan tema.
3)      Asas variasi menurut tema
Pengungkapan tema dalam karya sastra harus bervariasi untuk menghindari kebosanan penikmat sastra.
4)      Asas keseimbangan, maksudnya dalam suatu karya sastra setiap unsur harus seimbang. Unsur-unsur yang bertentangan maupun yang sama harus hadir secara seimbang.
5)      Asas perkembangan, maksudnya suatu karya memiliki perkembangan dari bagian awal yang secara bersama-sama menciptakan suatu makna yang menyeluruh. Asas ini disebut juga hubungan plausibilitas atau hubungan sebab akibat.
6)      Asas Tata jenjang
Dalam karya seni yang rumit, kadang-kadang terdapat unsur yang memegang kedudukan memimpin yang penting. Unsur ini mendukung secara tegas tema yang bersangkutan dan mempunyai kepentingan yang jauh lebih besar dari unsur lainnya.

B.  Daftar Rujukan

Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.
Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Citra Budaya Indonesia.
Junus, Umar. 1989. Stilistik: Suatu Pengantar. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semi, M. Atar. 2008. Stilistika Sastra. Padang: UNP Press.
Sudjiman Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistik. Jakarta: Grafiti.
Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar