STILISTIKA, RETORIKA, DAN SEMIOTIKA
A. Materi
1. Hubungan Stilistika dengan Retorika
2. Hubungan Stilistika dengan Semiotika
1. Hubungan Stilistika dan Retorika
a. Hakikat Retorika
Stilistika dan retorika merupakan dua ilmu yang saling berhubungan, berjalan bersama-sama, kadang-kadang berhimpitan. Hal tersebut terjadi karena kedua ilmu menyangkut kajian yang sama, yaitu mempersoalkan kehebatan atau keandalan menggunakan bahasa yang bergaya, yang menarik dan memikat.
Retorika adalah ilmu yang mengajarkan tindak dan usaha yang efektif dalam persiapan, penataan, dan penampilan tutur untuk membina saling mengerti dan kerja sama serta kedamainan dalam kehidupan bermasyarakat (Oka, 1976). Ahli lain, Keraf (1986) menyebutkan batasan retorika sebagai cara pemakaian bahasa sebagai seni baik lisan maupun tertulis yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau suatu metode yang teratur atau tersusun baik. Kedua rumusan tersebut mempunyai maksud yang sama yaitu, retorika merupakan ilmu pemakaian bahasa yang sistematis dan efektif yang memiliki seni.
Di dalam kehidupan berbahasa khususnya retorika modren, memang lebih ditekankan pada kemampuan berbahasa tulis yang efektif dan efisien. Keefektifan diarahkan pada pencapaian sasaran yang tepat dan pemahaman utuh. Sedaangkan keefesian dimaksudkan adalah bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tertata rapi tanpa mengumbar kata yang banyak.
Untuk memperoleh kemampuan berbahasa yang efektif dan efesien harus menempuh berbagai cara, antara lain sebagai berikut:
1) Penguasaan secara efektif sejumlah besar kosa kata agar mampu memilih kata yang paling tepat dan sesuai untuk mewadahi gagasan.
2) Penguasaan kaidah kebahasaan (gramatika) sehingga memberi peluang yang bersangkutan memilih berbagai variasi bentuk pengungkapan dengan nuansa dan konotasi yang berbeda.
3) Mengenal dan menguasai berbagai macam ragam dan gaya bahasa, serta mampu menciptakan gaya yang baru dan lebih hidup.
4) Mengenal aturan teknis penyusunan berbagai jenis wacana karena setiap wacana memiliki persyaratan khusus yang dalam pengembangannya.
5) Memiliki kemampuan bernalar yang benar sehingga gagasan dapat dikelola secara sistematis dan sekaligus mencegah terjadinya konsep salah nalar dalam berkomunikasi.
Unsur-unsur yang mendukung terjadinya efek komunikasi yang kuat menurut Ignas Kleden (1983), antara lain sebagai berikut:
1) Penting atau berbobotnya pesan yang dikandungnya.
2) Adanya kecerdasan dan kecendeian.
3) Adanya elokuensia (eloquence).
b. Persamaan dan Perbedaan Stilistika dan Retorika
Stilistika dan retorika merupakan dua ilmu yang memiliki beberapa persamaan, yaitu sebagai berikut:
1) Sama-sama menggunakan topik bahasan pokok yang sama, yaitu kemampuan berkomunikasi verbal, baik dalam bentuk lisan dan tulisan.
2) Sama-sama menganut pandangan bahwa komunikasi yang baik dapat dicapai dengan persiapan atau perencanaan yang baik dapat dicapai dengan persiapan atau perencanaan yang baik dan dengan menggunakan teknik atau tata krama penyajian yang baik pula.
3) Sama-sama menganggap bahwa pencapaian hasil atau tujuan komunikasi yang baik ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor kemampuan penutur, faktor kualitas topik atau gagasan, faktor sistem penyajian gagasan dengan menggunakan bahasa yang bergaya dan bernilai estetik, dan faktor kemampuan penanggapan atau penikmatan oleh pembaca atau pendengar.
Beberapa perbedaan antara komunikasi sastra (stilistika) dengan komunikasi nonsastra (retorika) adalah sebagai berikut:
1) Stilistika bersifat subjektif sedangkan retorika bersifat objektif.
2) Stilistika bersifat ekpresif sedangkan retorika bersifat impresif.
3) Stilistika sasarannya perasaan sedangkan retorika sasarannya adalah pikiran.
4) Stilistika merupakan komunikasi yang memancing keindahan, sedangkan retorika merupakan komunikasi yang memancing kekuatan.
5) Stilistika berkecendrungan memunculkan keragaman makna sedangkan retorika memunculkan kesatuan makna.
2. Hubungan stilistika dengan Semiotika
Untuk melihat hubungan antara stilistika dengan semiotika, perlu ditinjau kembali apa itu stilistika dan apa itu semiotika. Stilistika merupakan sebuah ilmu yang mengkaji tentang penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra. Stilistika mengkaji efek-efek khusus yang disebabkan kepiawaian pengarang menggunakan bahasa dalam karya sastra sehingga terdapat keindahan dalam karya tersebut.
Istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda atau sign. Tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, dapat menggantikan suatu yang lain yang dapat dipikirkan (broadben 1980). Dengan kata lain Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda.
A Teew (1984:6) mendefinisikan Semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakan menjadi model sastra yang mempertanggung jawabkan semua faktor untuk pemahaman gejala sastra. Pada mulanya, istilah semiotik digunakan oleh orang Yunani untuk merujuk pada sains yang mengkaji sistem perlambangan atau sistem tanda dalam kehidupan manusia. Dari akar kata inilah terbentuk istilah semiotik yaitu kajian sastra yang saintifk yang meneliti sistem perlambangan yang berhbung dengan tanggapan dalam karya. Bukan saja merangkumi bahasa,tetapi juga lukisan,ukiran,potografi,atau yang bersifat visual.
Kajian semiotika adalah mengkaji dan mencari tanda-tanda dalam wacana serta menerangkan maksud dari tanda-tanda tersbut dan mecari hubungannya dengan ciri-ciri tanda-tanda itu untuk mendapatkan makna siknifikasinya. Semiotik adalah ilmu sastra yang memahami satra yang mengalami tanda-tanda/perlambangan yang di temui dalam teks. Bahasa sebagai sistem tanda,sering kali mengandung sesuatu yang terkadang apa yang dilihat tidak sesuai dengan realita. Apalagi dalam karya satra, banyak sekali di temukan bahasa-bahasa pengarang yang mengandung makna yang ambigu, sehingga menimbulkan interprestasi yang berbeda di setiap pembaca.
Tanda ada 3, yaitu sebagai berikut.
1) Ikon (Ikonig Sign), yaitu segala sesuatu yang dikaitkan dengan sesuatu yang lain karena ada kemiripan/persamaan. Antara penanda dan petanda ada kemiripan. Menunjukkan sesuatu bukan pada kemiripan tetapi menekankan pada keterkaitan logisnya. Contoh, foto langsung menunjukkan sesuatu objek yang dimaksud.
2) Indeks (index), yaitu suatu tanda yang mempunyai kaitan kausal dengan apa yang diwakilinya. Contoh, asap menunjukan adanya api.
3) Simbol, yaitu menekankan kepada kesepakatan masyarakat tentang penanda dan petanda bersifat abitrer. Contoh : Bendera hitam di Sumatera Barat (berduka), Bendera kuning di Jakarta (berduka). Contoh tersebut karena ada kesepakatan antara masyarakat setempat.
Berdasarkan penjabaran defenisi diatas, dapat dilihat kedekatan hubungan stilistika dengan retorika yaitu sama-sama mengkaji bahasa dalam karya sastra, namun subkajiannya yang berbeda yaitu stilistika mengkaji gaya bahasa, sedangkan semiotik mengkaji tanda-tanda / perlambangan dalam karya sastra.
Persamaan stilistika dan semiotika terdapat pada bidangnya yaitu sama-sama mengkaji sastra, stilistika mengkaji gaya bahasa dalam sastra sedangkan semiotika mengkaji tanda (penanda dan petanda) dalam karya sastra. Selain itu, stilistika dan semiotika sama-sama menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Perbedaan stilistika dengan semiotika secara garis besar dapat dikatakan terletak pada kajiannya, stilistika mengkaji bahasa yang digunakan pengarang dalam mencapai efek keindahan, sedangkan semiotika mengkaji bahasa dalam karya sastra berdasarkan tanda-tanda/perlambangan.
B. Daftar Rujukan
Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.
Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Citra Budaya Indonesia.
Junus, Umar. 1989. Stilistik: Suatu Pengantar. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.
Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santosa, Puji. 1993. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa.
Semi, M. Atar. 2008. Stilistika Sastra. Padang: UNP Press.
Sudjiman Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistik. Jakarta: Grafiti.
Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
mauk tanya kira2 hubungannya stilistika dan balaghoh itu dimananya ya by: ulil
BalasHapus